Komunikasi Politik Dua Presiden
"Bagaimana konstelasi politik?" sapa Yanuar, seorang teman yang jadi dosen, tiba-tiba muncul di layar chatting facebook. Saya gak tahu, kenapa dia tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu. Mungkin karena dia masih ingat, selama dua tahun sama-sama kuliah di Magistern Manajemen Komunikasi UI, saya sempat bantu-bantu DPP PKB (itupun lebih karena NU dan Gus Dur) mengelola komunikasi politik dan pemenangan pemilu 2004. "Waduh malas ngikuti, hehe...," jawab saya mencoba jujur. Saya kira jawaban itu yang sedang dimiliki oleh sebagian besar klas menengah di Indonesia, kecuali yang lagi 'terpaksa' berurusan dengan politik praktis.Menjadi Anggota parlemen, misalnya. Entah kenapa, saya jadi serius menafsiri penyimpulan itu. "(Politik kenegaraan nasional) saat ini terlalu kuat: politik pencitraannya. Ilmu komunikasi telah digunakan secara salah," cetus saya sok menjadi pakar komunikasi. Saya yakin Yanuar yang seorang akademisi sudah sangat tahu tentang i...